Persfektif | Kesalahan paham Toleransi dan Pluralisme “SAMA”

Begitu banyaknya “manusia-manusia” Indonesia yang mengagungkan pluralisme seakan-akan itu adalah bagian dari sikap toleransi yang memang menjadi pemersatu bangsa ini sehingga terbentuklah sebuah NKRI “Negara Kesatuan Republik Indonesia” yang berslogan “Bhineka Tunggal Ika”, blopini ingin sedikit memberikan perpektif berbeda bahwa toleransi bukan pluralisme.

Baru saja berita duka kita dengar tentang meninggalnya KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan begitu banyaknya apresiasi terhadap beliau sampai Presiden SBY menyatakan almarhum adalah tokoh nasional yang sejak awal mengedepankan pluralisme dan kemajemukan sehingga patut disebut bapak pluralisme.

Sebelum melangkah jauh mari kita ketahui dulu apa itu pluralisme dengan master google wiki Pluralisme dan wiki Pluralisme Agama jelas adanya perbedaan mendasar dari kedua arti tersebut. Kebanyakan rakyat Indonesia menganggap pluralisme dan pluralisme agama adalah sama contoh kasus ketika Presiden menyebutkan Gus Dur adalah Bapak “Pluralisme “bukan “Pluralisme Agama”, namun dalam keseharian beliau dalam bersikap cenderung “Pluralisme Agama” dan hanya menyebut kebijakan/sikap beliau selama ini dengan “Pluralisme” saja. Sehingga tidak menjadi berlebihan jika kita menganggap “Pluralisme nya Gus Dur” adalah Pluralisme Agama.

Dalam Konteks Islam pluralisme jenis ini telah diharamkan oleh MUI melalui fatwa nomor 7/MUNASVII/MUI/II tahun 2005, yang menyatakan pluralisme haram bersama dengan paham Sekularisme dan Liberlisme atau sering disebut oleh aktivis-aktivis Islam penyakit “SEPILIS”.

Pluralisme haram karena “wiki Pluralisme Agama” merupakan paham yang mengajarkan semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif, oleh sebab itu bahwa tidak boleh ada 1 agama apapun yang menganggap agamanya adalah yang paling benar sedangkan agama lain salah.

Persoalannya banyak rakyat Indonesia yang kebanyakan taklid/lebih condong patuh kepada tokoh idolanya baik itu ustadz, ulama, pemimpin partai tanpa menanyakan apakah itu benar atau salah. Parahnya kebanyakan rakyat Indonesia yang menganggap Pluralisme sama dengan Toleransi padahal kedua istilah ini memiliki makna dan penggunaannya juga akan membuat dampak/persepsi berbeda.

Jika dilihat dari makna “Pluralisme” diatas yang mengakui semua agama adalah benar, sama/authentic sedangkan toleransi adalah sebuah paham yang hanya mengakui keberadaan agama-agama lain sebagai sebuah gejala perbedaan/kemajemukan, tanpa menghilangkan keyakinan agama yang cenderung bersifat ekslusif dalam diri pemeluknya. Toleransi adalah sebuah paham untuk menghargai perbedaan berpendapat, memeluk agama dan ini muncul karena adanya perbedaan itu sendiri.

Agama sejatinya adalah alat untuk mengetahui kebenaran, ke-Tuhan, dan harus sesuai dengan ajaran yang diberikan agama masing-masing. Dengan kata lain agama adalah pembeda anatara yang benar dan yang tidak benar “ekslusif”. Sebab tetap harus ada yang benar karena tidak ada semua benar atau semua salah. karena jika semua benar maka kebenaran tidak ada “tidak ada pembanding”, kebenaran ada karena adanya kesalahan. Sama artinya tidak ada siang jika tidak ada malam atau tidak akan ada hitam jika semuanya hitam “tidak ada pembeda”.

Kesimpulannya “Toleransi” bukan “Pluralisme”, biarkan perbedaan itu menjadi khasanah demokrasi. Sudah saatnya kita katakan “Toleransi yes” dan “Pluralisme no“, dengan memegang sikap ekslusifitas agama sudah sepantasnya setiap pemeluk agama menyakini setiap agama-nyalah yang benar dan jangan ragu mengatakan itu karena itu hak Anda tapi tetap toleransi ya!!

Salam

Blopini

4 Responses to “Persfektif | Kesalahan paham Toleransi dan Pluralisme “SAMA””

  1. bro maaf ya sepertinya kita salah paham mengenai Sekularisme dan Pluralisme.. jangan jauh2 lari ke Iluminati…

    Pluralisme itu bukan paham yang diyakini personal individu tetapi paham yang diyakini dunia/institus kalau semua agama itu sama mengandung kebaikan nya masing2 dan masalah benar adalah relatif..
    kalau dipahami personal jelas SALAH tetapi kalau dipahami sebagai organisasi sosial misal DUNIA/NEGARA/PERUSAHAAN itu sangat tepat dan memnag Pluralisme adalah mengenai Organisasi Sosial, jadi ketika pemerintah berkata kita harus menjunjung tinggi Pluralisme itu sangat tepat karena kapasitas sebagai negara..

    apakah orang Islam absolut menolak Pluralisme???

    bukankah dengan Pluralisme dunia ini menjadi lebih damai dan adil tanpa melihat latar belakang agama, bukankah kalau pluralisme di dunia ini di haramkan maka siapa negara yang kuat yang identik dengan agama A akan menindas agama B….

    apabila kita ingin melamar pekerjaan pada perusahaan X yang notabenenya pemiliknya beragama A dan kita beragama B karena dia menggapa Agama nya paling benar maka kita beragama B tidak diterima di perusahaanya??? mau?
    sekali lagi kita buka wawasan kita jangan mau terdoktrin MUI yang semua kita tahu kredibilitas nya

    Pluralisme itu bukan terikat pada INDIVIDUAL Prsonal tetapi suatu otoritas tertentu misal DUNIA/NEGARA/PERUSAHAAN/KAMPUNG dst

    coba kita tengok Wikipedia
    “Freedom of religion encompasses all religions acting within the law in a particular region, whether or not an individual religion accepts that other religions are legitimate or that freedom of religious choice and religious plurality in general are good things.”

    gimana bro?

    • mutiarazuhud Says:

      Memang kadang kita memahami segala sesuatu bersandar pada akal semata.
      Padahal Allah Azza wa Jalla, meminta kita menggunakan akal untuk memahami petunjukNya (Al-qur’an dan Hadits).
      Agama hanyalah satu yakni agama Islam diluar agama Islam adalah ajaran/prasangka manusia belaka. Di dalam Al-Qur’an dan Hadits tidak pernah menyebutkan adanya agama lain selain agama Islam yang ada adalah contohnya kaum Nasrani dan kaum Yahudi.
      Hal ini sudah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/21/agama-hanya-islam/

      Umumnya, manusia atau khususnya umat muslim kurang memahami firman Allah ta’ala dalam QS Al Baqarah [2]:256 atau memahami sepotong ayat saja yakni “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)” dan melupakan bagian yang lain dari ayat itu yang merupakan penjelasan yakni “sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”

      Memang Allah Azza Wa Jalla tidak memaksa manusia untuk masuk atau memeluk agama Islam namun sudah jelas antara yang benar dan sesat.

      Jadi pilihannya adalah beragama atau tidak beragama karena tidak ada agama selain agama Islam.

      Pilihan hanyalah 2 yakin jalan yang benar dan jalan yang sesat atau ketaqwaan dan kefasikan sebagaimana firman Allah ta’ala yang maknanya

      “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (QS Al Balad [90]:10 )

      “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS Asy Syams [91]:8 )

      Selengkapnya kami uraikan pula dalam tulisan pada
      http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/03/16/2010/10/27/orang-orang-beriman/

      Wassalam

  2. mand41l1nc Says:

    Nice share…thanx sudah berkunjung

  3. mutiarazuhud Says:

    Tanpa kita sadari Sekularisme, Pluralisme maupun Liberalisme adalah paham yang diserbarluaskan oleh kaum Illuminati.

    Bagi illuminati,
    Liberalisme, paham yang “membebaskan” manusia terhadap aturan Allah / Agama
    Pluralisme, paham yang membuat manusia “floating” / “ragu” akan agama.
    sedangkan sekularisme, paham yang menghindarkan manusia dalam kehidupannya me”referensi” kepada Allah / Agama

    selengkapnya baca di blog saya, http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/01/18/sekularisme-pluralisme-dan-liberalisme/

    Toleransi ?

    Umat muslim di Malaysia, “marah” terhadap penggunaan kata Allah bagi Katolik.

    Umat muslim di Malaysia tampaknya belum setoleransi umat muslim di Indonesia. Semoga tidak berkembang menjadi konflik lebih jauh.

    Di Indonesia walaupun ditulis sama Allah antara umat Islam maupun umat Katolik, namun tetap saja ada “perbedaan”.

    Karena “perbedaan” mengenal Allah pada ahli kitab sebelumnya maka Nabi Muhammad di beri wahyu Allah untuk memperbaikinya.

    Salah satu firman Allah , dalam surat Al-Ikhlas sebagai “pengobat” kekeliruan yang telah terjadi.

    Namun tidak ada paksaan bagi mereka akan tetapi firman Allah mengatakan,
    “Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran : 110)

    Jadi, konsep pluralisme adalah keliru ! baik dengan arti semua agama benar atau semua agama sama atau ada berbagai macam agama di dunia, karena Allah “memberitahukan” kepada manusia melalui nabi dan rasul secara bergantian tidak pernah bersamaan !

    Nabi yang kemudian “memperbaiki” ajaran nabi sebelumnya yang “dirusak”, “diubah”,”dilempar” oleh manusia.

    Sampai Allah telah menetapkan untuk yang “terakhir” akan menjaganya sampai akhir zaman.

    Wallahu a’lam

Leave a reply to rush Cancel reply